Berkunjung ke Museum Kereta Api di Ambarawa mengingatkan saya akan lagu di atas, lagu yang sering saya nyanyikan pada masa kecil, apalagi saat sedang melakukan perjalanan dengan kereta api.
Yah… museum kereta api di Ambarawa merupakan salah satu tujuan wisata di kota kecil ini. Museum kereta api ini unik dan menarik karena teknologinya yang diusung oleh museum ini merupakan teknologi kuno peninggalan penjajah Belanda yang masih menggunakan lokomotif uap.
Museum Kereta Api Ambarawa tidak menggunakan bangunan yang tertutup, gedung museum ini hanya berbentuk hanggar. Bangunan museum ini merupakan stasiun kereta api lama yang dibangun pada tahun 1873. Saat ini stasiun yang telah dialihfungsikan menjadi museum pada tanggal 6 Oktober 1976 hanya melakukan kegiatan operasional untuk lori kereta wisata.
Di halaman museum, sebelum kita masuk ke stasiun yang merupakan gedung museum ini terdapat sebuah lokomotif uap tua yang sudah dicat ulang dan terlihat rapi, apik dan menarik. Lokomotif tua ini berfungsi sebagai ikon Museum Kereta Api Ambarawa.
Lokomotif tua yang berfungsi sebagai ikon museum |
Halaman menuju gedung museum kereta api yang berbentuk hanggar |
Saya mengunjungi museum kereta api di Ambarawa pada hari kerja dan saat itu sedang dilakukan perbaikan sehingga museum ini terlihat sepi. Namun di halaman parkir mobil terlihat sebuah bus dari salah satu instansi pemerintah dan ternyata saat itu sedang mengikuti wisata dengan menggunakan lori kereta.
Memasuki gedung museum, di depan loket penjualan karcis yang bertuliskan Williem I terdapat potongan rel kereta beserta rodanya yang seakan-akan menyapa pengunjung dengan “selamat datang di museum kereta api, Ambarawa”. Sayapun menyempatkan berfoto sejenak di lokasi ini.
Gedung museum ini terlihat rapi dan apik mungkin karena baru saja dilakukan perawatan. Menyelusuri museum ini dari depan menuju ke bagian sebelah kanan gedung terlihat beberapa lokomotif tua yang dipajang dan tertata rapi di halaman museum.
Lokomotif-lokomotif tua ini hanya menjadi benda pajangan saja, karena sudah tidak pernah dipergunakan lagi. Fisik dari lokomotif tua ini pada umumnya masih bagus dan terawat meskipun pada beberapa bagian dari lokomotif tampak keropos karena termakan usia. Pengecatan ulang pada tubuh lokomotif tua ini ternyata mampu membawa nuansa segar dan membuat lokomotif ini terlihat menarik.
Deretan lokomotif tua di halaman museum |
Ruang pameran di museum ini terbagi menjadi dua, bagian dalam gedung dan bagian halaman. Pada bagian halaman museum, kita dapat melihat berbagai jenis lokomotif tua yang dijejerkan di halaman. Di sisi yang berseberangan dengan deretan lokomotif tua, terdapat dua jalur rel yang masih difungsikan untuk kegiatan wisata kereta pada saat akhir pekan atau atas permintaan khusus.
Dari petugas yang kami jumpai saat itu diperoleh informasi bahwa total lokomotif tua yang dipajang di seluruh halaman museum sebanyak 21 buah. Lokomotif-lokomotif ini rata-rata dibuat pada akhir abad ke 19 atau awal abad ke 20. Lokomotif di museum ini pada umumnya berteknologi kuno yang menggunakan bahan bakar kayu. Karena berteknologi kuno, maka kecepatan maksimal kereta ini pun hanya sekitar 50 km/jam hingga 90 km/jam.
Kereta khusus wisata yang baru saja tiba di museum |
Pada bagian dalam gedung, bangunan utama yang bernama Willem I merupakan ruang pameran berisi peralatan dan benda-benda perkeretaapian yang digunakan pada waktu beroperasinya stasiun tersebut pada tahun 1873 yang silam. Bentuk bangunannya tetap dipertahankan seperti aslinya dengan tetap melakukan perawatan seperti pengecatan ulang bangunan.
Pada ruang pameran ini kita dapat melihat aneka peralatan perkeretaapian pada jaman dahulu. Beraneka ragam onderdil kereta, telepon, mesin ketik, mesin pencetak tiket, potongan rel, hingga furnitur-furnitur yang digunakan pada saat itu masih terpajang dengan rapi di dalam Gedung Willem I ini. Peralatan yang berada di ruang pameran ini semuanya dalam keadaan terkunci, mungkin untuk menjaga keamanannya dari keisengan pengunjung.
Bagian-bagian dalam gedung ini terbagi-bagi menjadi beberapa ruangan seperti ruang masinis, ruang kepala stasiun, ruang staf, ruang tunggu, ruang pamer serta toilet yang masih menggunakan bahasa Belanda, yaitu Dames untuk wanita dan Heren untuk pria. Loket tempat penjualan karcis pun masih dipertahankan utuh seperti aslinya. Terdapat dua buah loket yang masing-masing terletak di setiap ujung Gedung Willem I ini.
0 komentar:
Posting Komentar